Robotik menjadi salah satu temuan luar biasa dalam kehidupan manusia. Teknologi robot kini telah merambah ke berbagai sektor, termasuk di dunia olahraga sepakbola.
Permainan sepakbola robot menjadi tontonan yang menarik. Tentu saja berbeda dengan sepakbola yang dimainkan manusia, sepakbola robot diperagakan secara kaku. Selain itu, robot hanya bisa membaca arah bola tanpa mampu menerapkan operan-operan. Tapi tetap saja, pertandingan sepakbola robot ini tergolong unik dan mampu menghibur para penonton yang menyaksikannya.
Pada Minggu 30 Juni 2013, robot-robot itu diadu kehebatannya dalam bermain sepakbola di Dutch Technology Mecca of Eindhoven. Dalam event tersebut ada sekitar 40 negara yang terdaftar sebagai peserta. Robot-robot itu sendiri dikategorikan ke dalam kelas besar, sedang, dan kecil.
Walaupun masih kaku, tak menutup kemungkinan temuan robot ini akan berkembang ke jenjang yang lebih maju. Bahkan, beberapa peneliti memperkirakan tahun 2050 mendatang robot-robot tersebut bisa memiliki kemampuan bermain sepakbola yang setara dengan manusia.
Perkiraan tersebut saat ini sudah ada yang mendekati kenyataan. Robot-robot yang dibuat Majid Gholipour misalnya. Ia yang berasal dari Qazvin Open University of Iran ini mengatakan robotnya diprogram untuk bermain seperti Timnas Italia.
"Jika mereka kalah, robot-robot itu akan pergi menyerang. Tapi jika mereka menang, maka semuanya akan pergi ke daerah pertahanan. Seperti Italia," jelasnya.
"Sejujurnya saya pikir tiga tahun ke depan mereka sudah bisa menang melawan salah satu tim humanoid (robot yang menyerupai manusia)," tambah Marcell Missura, salah seorang kontestan dari Universitas Bonn, yang tahun lalu sempat memenangkan timnya di kejuaraan robot tipe humanoid di Meksiko.
Keuntungan dari sepakbola robot adalah mereka tak memiliki seorang bintang lapangan seperti halnya manusia. Jadi, kalaupun ada yang dipuji atau dipersalahkan, tentu manusia-manusia yang memprogram robot itulah yang patut menerimanya.
"Itulah keuntungan robot. Tidak ada kesalahan pada mereka. Robot hanya melakukan apa yang diprogram untuknya," ungkap salah satu peserta dari tim University of Pennsylvania.
Sumber | liputan6.com
